Sunday, December 11, 2011

KASIH


kasih…
kini aku kehilangan jejakmu,
yg kemarin sempat datang diantara fajar yg merona,
menghangatkan semestaku,
menguatkan hasrat hidupku.
~
kasih…
kini aku kehilangan bayangmu,
yg senja kemarin datang mengindahkan langitku,
menemaniku mencari kedamaian yg hilang.
~
kasih…
kala gelap bertahta menyelimuti malampun,
tak jua kau hadir disisi,
tuk bersama merangkai mimpi yg terserak,
diantara hayal-hayal yg berarak.
~
kasih…
ku rindu fajarku yg kmarin,
ku rindu senjaku yg dulu,
ku rindu dirimu itu…

DEMI CINTAMU

kepada sebentuk laut batas bertemunya bumi dan langit,
yg membenamkan kerinduanku yang terdalam,
dalam dekapan singkatan waktu,
tersisa harapan yg terselip diantara butiran pasir,

semoga angin laut,
kan membawa lagi,
keindahan kemurnianmu,
yang kemarin terbawa ombak,
yang kemarin tersapu badai.
merenggutnya dariku…

mencintamu,
membutakan mata dan hati,
laksana malam tanpa bintang,
jejak-jejak gelap tak tembus pandang,

merindumu,
ibarat sampan yg tak jera diterjang obak,
tuk hancur sekalipun tak mengapa,
tak peduli luka bernanah,

!*aku mencintai kesakitan ini, demi cintamu*!

DENGARKANLAH, AKUPUN MENDENGAR

ketahuilah duhai matahariku
kau laksana suara yang menggema di jiwaku
adakah digdayaku yang telah ditawan api cinta ini
karena syairmu yang mengalun bak kidung-kidung surgawi

di antara perasaan-perasaan tak berdasar dan tak bertepi ini
jasadku terkulai laksana merpati yang patah sayapnya
ku panggil-panggil namamu di sisa harapku
tapi kau juga terpuruk di keremangan malam

akupun mendengar rintih jiwamu
akupun mendengar risau hatimu
ku dengar resah di sudut kalbumu
dan segala hasrat jiwa yang masih tersudut di mimpi terpencilmu,

ku coba tuk menjawab setiap tanya di batinmu
kemarilah kasih
bersandarlah di bayang bahuku
yakinlah aku kan ada di setiap hembus nafasku
ulurkan sayap patahmu
kan kusembuhkan dengan syair jiwaku

duhai malaikatku
berjanjilah di hadapan langi dan bintang gemintang
sekalipun kita takkan bersatu dalam raga
namun jiwa kita kekal dalam semesta cinta kita...

SAJAK SEDERHANA


bukan rahasia lagi
tanpamu, tak kuasa aku melawan sepi
yang menemaniku dsaat malam tiba.

tak bsa aku pungkiri
tanpamu, tak kuasa aku memadamkan curiga
yang menghantuiku disaat api cemburu membakar hati.

tak bisa aku sembunyikan
tanpamu, aku tak bisa menahan dingin
saat angin malam memeluk jasad ini.

tak terelakkan lagi
tanpamu, tak kuasa ku redam prasangka
dsaat badai gulana menggoyah keyakinan akan kesetiaanmu

tak mungkin aku pendam
tanpamu, tak bisa ku tahan rindu
saat jarak dan waktu memisahkan kita!

tapi keyakinanku terpatri begitu kuat,
untuk mengelakkan semua kekhawatiranku yang semu itu,
ku yakin kasih....
kau setia!

KEHILANGANMU KALA PAGI


tlah ku lewati pagi yang samar,
seakan menyiratkan kesunyian yang mendalam,
entah dimana mentari itu menyembunyikan diri,
karena biasanya dia datang lebih awal...

kurasakan rindu ini kian hebat,
disaat nyanyian burung tak jua ku dengar,
tak kudapati simphony itu yang biasa terngiang,
tembang kerinduan lirih perlahan menghilang...

wahai sukma jiwa terpisahku,
jejakmu kini tak kulihat lagi,
untukku mencari peraduan bayangmu,
inikah isyaratmu tuk tinggalkanku?!

Dimanakah engkau, Jiwaku?!

AKU RELA UNTUK CINTA


kurebahkan daksa lelah ini dipangkuan mentari,
memecah dendam kerinduan yang lama bisu,
jelamaan kata yang menorehkan perih di kalbu,
hina dan benci yang dahulunya berawal dari sucinya janji,

hanya bisa meraba malam yang kini salah arah,
membiarkan dekapmu berselimut neraka,
tapi terlanjur ku labuhkan bidukku didermagamu,
meski riak samudra meluluh-lantakkan rasaku,

Kenangan beku masa yang pernah terlukis,
hingga kini kau punya tempat yang istimewa.
Selagi aku punya daya mendongak ke arah langit,
kan kuukir wajahmu diantara hamparan biru,

Dan ketulusan memaksaku susuri retak hati,
bersama angan dalam kesayupan lena,
Biar duka bermain di dalam rasa terdalam,
biarkanlah duka ini ku obat sendiri,

tapi ku tak pernah ingkari nurani,
sembilu tajam yang menyayat nurani,
aku rela menahan kesakitan ini, kau tahu?!
untuk cintamu, my sun shine....

KEMANAKAH JEJAKMU?!


kemanakah nyanyian pagi yang dulu mengusik lenaku?!
tetembangan kala itu indah menjelma jerit kepiluan,
menyayat jiwa, menoreh kehampaan dan menyisakan kebimbangan yang sama,
selaksa dawai yang tak lagi merdu,

lautan lirik yang selalu kau perdengarkan untukku,
menyibak tabir misteri dan halimun makna,
kegalauan yang menderai jelaga hatimu,
menyisakan lantunan ketakutanku menimang kepedihan,
 kesunyian kini berbalut kehampaan,
renda-renda harap kini tlah terkubur bersama kegelisaahan,
sang kupu-kupu laksana patah sayapnya,
tak mampu bangkit dan terbang kembali,
tertatih...

kemanakah mentari yang kemarin tersenyum?!
hilangkah dia, tenggelam diufuk langit?!
meninggalkan hakikat rasa ini,
kehilangan jejak dirimu yang dulu...

JALAN KITA


pucuk-pucuk kerinduan mulai menua...
seiring denai waktu mengais asa...
di kisi-kisi keniscahyaan yang tak terlerai...
di pengembaraan kita mencari muara kasih di palung kalbu....

wahai senyum mentari pagiku...
biarkan langkah ini menuntun alasan...
meski seisi semesta menanyakan desiran rasa ini...
karena logika memang tak berpihak pada kita...

biarkan sementara sembilu mengoyak dinding-dinding kalbu...
bersimpuh di sajadah air mata dan darah...
menapaki rangka malam yang kian sendu....
kan kuyakinkan dirimu, pantai nan indah menanti kita berlabuh...

disanalah senyum dan hasrat kita kan menyatu...
kan ku pahamkan dirimu sepenuhnya....
bahwa cinta dan derita hanyalah sesuatu yang satu....
tapi yakinlah, kuniati jalan ini...
jalan kita...
jalanmu dan jalanku...

KUINGIN SETUTUHNYA...

tak kuasa kusembunyikan jerit kepiluan yang menggema di batin ini,
mengapa kurasakan hujaman selaksa nada rindu yang terlantun dari jiwamu,
kata-kata lembutmu begitu tajam merajam sanubari,
ketika lirih suara terngiang sampai didasar hati,

tidakkah kau dengar desahku di malam itu,
seakan ingin ku katakan kepada nyawa sang malam,
disudut rasaku yang tertawan di batas kerinduan,
atas segala raasa yang telah kau hidupkan,

aku ingin menyapamu,
walau hanya lewat semilir angin tuk menyelimuti,
biarkan satu waktu ini bulan dan bintang yang temani kesendirianmu,
sampai kau mengerti makna setiaku yang terikat bayangmu,

aku tak ingin mengasingkan diri diratapan malam,
yang ingin membebaskan jiwa dari jerat mimpi semu,
diujung damba bisu yang menyekap hasrat dalam pedih,
di penghabisan malam tanpa angan dan khayal,

karena kau tetap bersembunyi di balik kata-kata,
tidakkah kau ingin jujur?!