Monday, December 12, 2011

DENGAR KIDUNGKU


kan kusibak kabut dipekat malam,
kan kubias sinar rembulan menjadi pelita,
menapikkan makna kegelapan,
menepis rasa ketidak mungkinan,

dengarlah kini kidung detak jantungku,
saat dingin semakin menusukmu,
rasakan pelukanku yang kutitipkan pada lagit,
dan disitulah kau akan semakin mengenalku,

ku dendangkan juga lewat hembusan angin menyapa senja,
membelai lembut palung kalbumu,
berharap rasa berubah asa kepastian,
tak berharap sepi mengiring ketika malam memanggil,

dan di tepian senja inilah ku tunggu dirimu datang menyambut rinduku,
dalam rintik gerimis yang membasahi jiwaku,
laksana setiap percikan air yang menyejukkan dedaunan,
sedamai tetesan kasih yang mungkin kau beri,

IJINKAN AKU


tak kuhendaki bayangmu selaksa fatamorgana,
tak ku ingini janji-janji seperti angin lalu,
biarlah kubangun lagi puing-puing asa,
yang kuruntuhkan dihari lalu,

dan ijinkanlah aku,
menyadari hadirmu yang laksana fajar,
menjalani janji hati yang kau tepati,
menyibak tirai dan penghalang yang membatas pandang,
menyapaku di hamparan padang sendu,

hingga dapat kunikmati semilir angin damai di awal pagi,
lahirkan titik-titik embun di pelataran bumi,
menyirnakan pekat malam,
meniadakan senyap kebisuan dalam kepiluan,

ku akui,
masih sulit kupahami rasa ini,
karena kuterima lelah dan duka karenamu,
tapi ku percaya ini adalah perjalanan,
dan kan kujaga rasa ini hingga bahagia itu
dan mengukirna di bumi dan langit kita,

TAK LETIH MEMUJAMU


aku memang pernah beralaskan sunyi,
di liang belantara tak bertepi,
terpatri sukma dijejak misteri meretas lelap,
tanpa mengindahkan semestaku dalam buai symphonimu,

maafkan aku yang pernah membuatmu tertatih,
memunguti kepingan asa yang pernah terucap seorang diri,
menyudutkanmu pada tepi jurang kepiluan,
membiarkan pekat halimun membelenggu bayangku,
meninggalkanmu dalam kehampaan jiwa yang terikat raga seolah tak bertuan,

kumulai dari bisikanmu yang begitu damai,
sesaat kurasakan untuk pertama kalinya,
surga menjejakkan nyatanya di bumi,
mengiringi langkahmu dalam rindu yang hampa,

lewat senandung-senandung nirwana,
ingin ku kirim padamu bisikan kalbu,
dari jutaan aksara yang kurangkai diantara bintang,
ku harap terurai indah,

wahai tambatan hati,
pekik ceria jiwaku seakan enggan terhenti,
walau yang terlahir hanyalah sepotong syair,
menyisakan harap-harap indah yang bersayap keniscayaan,
merasuki kisi jantung hati yang tak letih memujamu,

TANGISAN SUBUHKU

"*" catatan kecil bersama tangisan subuhku! "*"


Segala puji bagi Tuhan yang telah memberi nafas baru kepadaku…yang masih menyayangi aku dan telah menghadiahkan aku ujian sebagai tanda kasih dan cintaNya.KetegasanMu dan kekerasan peringatanMu telah membuatkan mata ini tidak henti2 mengalirkan air mata…biarlah aku menangis di dunia asalkan aku tidak lagi menangis di akhirat.Namun, kemulianMu dan kasih sayangMu telah memadamkan tangisanku seketika… biarkan aku, biarkan aku dgn diriku…

Aku sebenarnya tidak ingin membuka aibku sendiri…sedangkan Allah sendiri menutupinya. Entah bila,aku tidak lagi peduli perkataan2 manusia…aku seperti tunggul yang tak bernyawa,diinjak2 dan dipukul2 tunggul itu tiada terasa.Begitulah perasaanku…dipandang hina,dicemooh,diumpat dan sebagainya…ia tidak memberi kesan kepada jiwaku kerana aku tidak ingin mendambakan apa2 yang ada di dunia, dan di blog ini aku mulai ber cerita, tentang siapa aku sebenarnya, dan  lewat blog ini juga aku hanya berharap, aku juga manusia, tak mungkin merubah apa yang ada diluar kemampuanku menggapai, aku tak minta belas kasihan, aku hanya minta, mengertilah...

TERTATIH


kutengadahkan kepala,
mencoba meminta kejelasan sang langit,
sesampai burung hinggap dibumiku,
menyanyikan nada-nada kemenduaan,

kenapa wahai langit,
kau renggut hiasan indah yg berpendar,
menghadirkn badai meraja nan gusar,
menggulung asa yg telah menua…

ku tak mampu lg bicara,
memberi isyarat atau tanda,
ketika bumi tempatku berpijak,
terasa berguncang dahsat tak terperi,

aku jatuh,
aku tumbang,
aku terjerembab tanpa ada yg mengulurkan tangan,
kakiku tlah lumpuh,
tertatih-tatih membawa langkah ini…

segala jerit bertubi,
dg rasa sakit dan nyeri,
ketakutan, janji, ancaman dan siksa saling berisik,
menusuk kedalam setiap lapisan pori-pori,

kurasa luka hati,
tenggelam di dasar danau yg mendidih.
semua telah terjadi,
kepalaku telah menunduk dan menangis pilu!

AKU MASIH MENCINTAIMU #1


kasih,
lewat bisu nuansa malam,
kuserukan rasa rinduku teruntukmu,
aku masih mencintaimu,
ketika mega mematung dan memabatu,
seketika alam hanya mampu menggumam,
dan kata terkekang dalam peti kedap,
namun sekejap bayangmu membankitkanku,
meniupkan ruh ke dalam kaku jasadku,
ku cukupkan hidup hanya dengan merinduimu…

dan kini aku masih menyisakan cinta,
didalam bola mataku,
tajam menusuk kelam gelap,
menembus tebal kabut halimun,
meskipun sempat tertutup resah,
meskipun sempat terselip gelisah…

RISAU MALAM


Ragaku mematung dipelukan sunyi
Tak mampu ku memecah makna sepi
Diam menawan kata hingga tak bersuara
Dingin seolah membekukan maya pada

Tiada semburat semangat yang biasanya berarak
Gelap melerai pancaran binary mata dan menutupnya
Membiarkan rasa tak terpendam dalam lelap
Tanpa berharap asa diceritakan oleh mimpi

Aku pasrah dan tak berdaya
Meski kesekian kalinya batinku menyesak didada
Seolah tak ada rongga yang mengapung diudara
Menyisakan kepiluan yang menyeruak di tepian jiwa

Ku hanya bisa pejamkan mata
Mencoba mencari ketenangan yang mungkin disembunyikan oleh gulita
Biarlah berkubang didalam kesunyian tak berbatas
Bahkan untuk berdiri tegak seolah terhadang dan sia-sia…