Friday, December 16, 2011

AKU MENYERAH ( KAU TAKKAN KUMILIKI )

Terlambat tepiskan senyummu yang menggoda jiwaku
Tak mampu bendung gemuruh rasa yang terlanjur membadai
Lelahku tapaki sejengkal pesona dari sosok mayamu
Aku menyerah, kau takkan kumiliki

Ada yang tak bisa kubaca dari gerak bibirmu
Ada yang tak bisa kuraba dari hangat pelukmu
Walaupun masih kulihat tatapan mata itu
Masih sama seperti saat pertama bertemu

Pandangan mata yang pernah menjerumuskanku
Dalam dimensi cinta dalam ruang semu
Seperti menggapai-gapai dasar yang tak jua tersentuh
Selaksa meraih bintang tanpa sayap

Desiran ini mengiris tajam
Getaran ini menyakitkan
Menusuk nurani kian dalam
Aku menyerah, kau takkan kumiliki

AKU INGIN JIWAMU PULANG


Akupun letih menimang nada-nada sendu
Yang masih jenak mendekap lenaku
Membatasi pandangku menatap bayangmu
Menjelma halimun pekat menyekap jiwa tak tersatu

Aku bosan menuliskan syair-syair pilu
Mengisyaratkan sebentuk rasa perih di kalbu
Yang aku titipkan pada malam yang kelabu
Selayaknya senja yang pasti berlalu

Aku ingin jiwamu pulang
Kembali menghuni relung yang lama kosong
Menghias taman yang telah ditumbuhi ilalang
Merangkai kepastian beratap bintang

HUJAN TAK TERHARAPKAN

rinai titik-titik hujan di subuh ini,
sejatinya tak perlu membasahi bumi,
tapi langit terlihat tak rela,
manakala embun menjamah semesta,


tetes-tetes yang membentuk tanda seru,
nyatanya tak menghapus sebentuk rindu,
didalam persimpangan antara resah dan risau,
gundahnya jiwa tak terganti sekalipun dengan hadirmu di mimpiku,


bukan karena jarak,
bukan karena waktu,
yang membuat batin terasa pilu,
yang membawa bayangmu ke titik semu,


tapi karena rasa lain dalam wujud nan samar,
laksana hujan pagi ini yang tak terharapkan,
rintiknya justru menggelisahkan,
tak mampu merubah pahit, sekalipun menjadi tawar,


dari  batas langit yang tak tertebak mata,
adakah harapan untuk setitik rasa,
membangun lagi istana kita,
meski dengan secuil harapan yang tersisa...