Tuesday, December 20, 2011

MALAM YANG SEMPURNA


jejak kelam itu berubah benderang,
cakrawala mulai sarat akan bintang,
sang bayu malampun membelaiku nan mesra,
tak ada lagi mendung menggelayut di awang-awang

sempurnalah rasa, bernyawalah asa
seolah malampun tak ingin bertekuk lutut,
dibawah tahta singgasan indahmu dimataku!
tapi tetaplah kau terindah untukku!

laksana turunnya derai hujan dipenghujung kemarau,
kekuatan kata yg menghidupkan semestaku,
kekuatan kata yg menyejukkan sanubariku,
kekuatan kata yg mengindahkan peraduanku.

sebuah kata yang seolah terkutuk tuk terucap,
akhirnya kudengar juga dari bibirmu,
sekelumit kalimat yang nyata membawaku ke nirwana.
kini, semua terlebur dalam derai air mata berlawan makna takdirnya,
bulir yang setia berusaha membuat celah dipualam hatimu!

SEMUT VS GAJAH



''Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak,'' 

Masih ingat dengan peribahasa ini? Kalo lupa, silakan buka kembali buku pelajaran Bahasa Indonesia ketika SD dulu,,
  
Peribahasa itu sering ditujukkan kepada orang-orang yang dapat melihat sesuatu yang jauh tetapi tidak bisa melihat sesuatu yang dekat. Seperti gejala penderita hipermetropia ya?

 Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina. Tolong dikoreksi kalo saya salah, karena terakhir kali saya belajar biologi adalah 7 tahun yang lalu.
  
"Kalo dipikir-pikir manusia pada umumnya adalah penderita hipermetropia atau rabun dekat ya,,"
''Kenapa?''
''Kan saya rabun dekat buktinya saya pake kacamata minus,''
''Mata saya normal kok,,''
  
okay,, okay,, let me explain my statement,,
rabun dekat yang aku maksud disini adalah rabun dekat dalam arti kiasan. Sama seperti yang diungkapkan dalam peribahasa Gajah vs Semut tadi. Karena secara logika, mana mungkin semut bisa kelihatan kalo ada gajah di depan??

 Bisa melihat yang jauh, tapi tidak bisa melihat yang dekat,,
Mudah menilai orang lain, tapi sulit menilai diri lain,,
Mudah mengoreksi kesalahan dan kekurangan orang lain, tapi tidak bisa melihat kekurangan yang ada pada dirinya,,
Kita semua seperti itu kan??
  
Jadi ingat dengan lampu jauh motorku,, bisa melihat jalanan dengan jarak pandang yang lebih jauh tapi tidak bisa melihat jalanan satu meter di depannya, sehingga tidak sadar jika ada lubang besar disitu,, jalan terus,, nyungsep deh,, hahaha pengalaman pribadi neeh,, sejak itu aku gak pernah pake lampu jauh itu,, toh aku masih bisa selamat sampe rumah walaupun hanya menggunakan lampu normal,, ''Hidup itu seperti mengendarai mobil di jalanan gelap tanpa penerangan lampu jalan, yang kita miliki hanya lampu mobil dengan jarak pandang terbatas,,''
kita tidak tahu ada apa pada jarak 1 km di depan, yang kita tahu hanya apa yang ada di jarak 1 meter di depan. Jadi tetaplah berjalan dengan berpedoman pada 1 meter yang kita tahu. Toh kita akan tetap sampai pada 1 km itu asal tetap menjalani meter demi meter dengan selamat. Jarak yang jauh dimulai dari satu langkah yang kecil.
  
Okedeh, kembali ke peribahasa gajah vs semut dan manusia rabun dekat.

 Mungkin dah jadi sifat dasar manusia kali ya, selalu merasa lebih baik dari orang lain. Selalu merasa dirinya benar sehingga yang lebih mudah dilihat dari orang lain adalah kekurangannya. Eh ada yang bilang, ''Kekurangan dan sifat jelek yang kau lihat dari orang lain adalah kekurangan dan sifat jelek pada dirimu sendiri yang tidak bisa kau lihat''.

"*" Saya menulis dan membagi note ini bukan berarti saya sudah bisa untuk menerapkan teori tersebut, tapi coba deh kita sama-sama mengakui, bahwa kita sebagai manusia kadang dibutakan oleh ego kita masing-masing, adil bagi kita terkadang sangat tak adil dimata orang lain...
semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi....
"*" salam...

"*" Sebagian dari beberapa sumber lain...

SEKARANG, TANPAMU

Taraniaya batin oleh nanar bara amarahmu
Satu persatu penyesalan merantai kalbu
Memenjara ceria dikedapnya ruang semu
Menegadah bayangkarapun aku malu

Pekik rintihan hati kini kian pilu
Bahkan cericit burung-burung bernada sendu
Hanya membawa pulang bayangmu
Disisa pagi tersapa rindu yang dibawa hembus bayu

Tiada laga kusapa hari bersamamu
Hilang langkahku mengurai dilemma yang mengepung nurani
Menjejak hasrat di mimpi terpencilmu
Yang tak menginginkan hadirku melewati pagi

Sirnalah sudah embun pagi tanpa menyisakan sejuk damainya
Dan tatapan mentari menguasai semesta pada
Ketika hasrat melabuhkan rasa di pangkuanku
Semakin tak berkesudahan rinduku tertuju padamu