Kesejukan
yang pernah ada telah hilang
Terkikis
oleh culasnya nanar kekecewaan
Tak lagi
tersirat senyum manakala kuingat
Menjadi
abstrak oleh Semburat kedukaan
Dia
yang pernah menjadi alasanku bertahan
Kini
dia juga yang membuatku menyerah
Karena
indah yang dia cari
Tak
bisa berdamai dengan kedigdayaanku
Duka
yang tak bisa disalahkan
Dan
air mata sebagai ilustrasi
Betapa
telah begitu dalam
Rasa
yang ditinggalkan untuk kukuburkan
Tersisa
sebentuk luka meradang
Dendam
yang terlalu meracun jiwaku